Jumat, 13 Januari 2012

Kesan - Kesan

Kesan pertama masuk di kampus unjani terlebih sebagai kelas ekstensi 2011 di fakultas kimia yaitu saya merasa senang, karena pertama kali masuk disana saya mendapatkan banyak teman. Selain mendapatkan teman yang baru, disana saya mendapatkan banyak hal – halpenting dalam mata pelajaran yang baru baik dalam Kimia, TI, Pancasila dll.

Contohnya, Untuk mata kuliah Pancasila, perbedaan selama saya belajar di SD, SMP, sampai di Universitas sangatlah berbeda jauh. Karena di SD sampai di SMK kita hanya diajarkan pengertian dan istilahnya saja. Tetapi di tingkat Universita kami tidak hanya diajarkan pengertian dan istilahnya saja, tetapi cara pandang kita sebagai mahasiswa tentang menjadi warga Negara Indonesia untuk memahami dan mempelajari Pancasila secara luas yang dengan tujuan sebagai mahasiswa khusus nya warga Negara Indonesia untuk membangun Indonesia menjadi Negara yang maju dan menjadi Negara yang berkembang yang tidak di lihat sebelah mata oleh Negara Besar Lainnya.

Untuk mata kuliah TI, saya sangat beruntung karena saya dapat membuat dan menghias blog milik saya sendiri dan mudah – mudahan blog yang saya buat itu dapt nilai tersendiri buat saya dan buat orang lain yang membuka blog saya. Dan yang saya rasakan sebagai mahasiswa  baru adalah lebih banyak mengadakan keja kelompok bareng dan lebih sering menggunakan komputer dan internet karena setiap tugas yang di berikan kebanyakan di kirim lewat internet atau email baik soal maupun jawabannya. Tetapi saya agak kecewa dengan Unjani soal waktu buat UTS atau UAS. Di Unjani waktu buat UTS atau UAS Cuma 2 hari dengan 6 mata kuliah sedangkan di Universitas lain kebanyakan waktu UTS atau UAS 2 minggu dengan 6 mata kuliah, hal itu membuat saya waktu untuk belajar sedikit. 

Itulah sebagian kesan kuliah di kampus Unjani. Hanya, untuk belajar di kampus Unjani di butuhkan pengorbanan cukup besar, karena letak tempat kampus cukup jauh dari rumah  juga saya harus pintar-pintar mengatur waktu yang dikarenakan saya bekerja di salah suatu intansi yang tugasnya sebagai petugas lapangan yang banyak menghabiskan waktu di luar kantor dan Dosen-Dosen nya pada baik. 

Terima Kasih.
Senin, 09 Januari 2012

Sepuluh Prinsip Bahan Kimia Ramah Lingkungan

Dalam menggunakan bAhan-bahan kimia tentunya diusahakan tidak membahayakan lingkungan ataupun makhluk hidup. Bagi anda yang sering menggunakan bahan kimia bagi study ataupun kepentingan lainnya diharapkan mengetahui wawasan penggunaan bahan-bahan kimia yang ramah lingkungan. 

Dibawah ini diuraikan secara runut Sepuluh Prinsip Bahan Kimia Ramah Lingkungan. Bagi anda yang memerlukannya silahkan menyimak sepuluh prinsip di bawah ini dan semoga bermanfaat.

Sepuluh Prinsip Bahan Kimia Ramah Lingkungan, Yaitu:

1. Cegah limbah.
Rancang sintesis kimia yang tidak menyisakan limbah apa pun yang harus diolah atau dibersihkan.

2. Rancang bahan kimia dan produk yang lebih aman.
Rancang produk kimia yangsangat eekti, namun hanya mengandung sedikit racun atau tidak sama sekali.

3. Rancang sintesis bahan kimia yang tidak terlalu berbahaya.
Rancang sintesisuntuk menggunakan dan menghasilkan zat dengan toksisitas rendah atau tidak beracun sama sekali bagi manusia dan lingkungan.

4. Gunakan bahan mentah yang dapat diperbarui.
Hindari menghabiskan bahanmentah dan bahan mentah untuk industri. Bahan mentah untuk industri yangdapat diperbarui dibuat dari produk pertanian atau limbah dari proses lainnya.Bahan mentah untuk industri yang tidak dapat diperbarui ditambang atau terbuatdari bahan bakar osil (yaitu, minyak tanah, gas alam, batu bara).

5. Gunakan katalis, bukan reagen stoikiometrik.
Katalis digunakan dalam jumlahkecil dan dapat melakukan reaksi tunggal beberapa kali. Katalis tersebut sebaiknyareagen stoikiometrik, yang digunakan dalam jumlah berlebihan dan hanyabekerja sekali.

6. Hindari derivatif kimia.
Derivati menggunakan reagen tambahan danmenghasilkan limbah. Hindari menggunakan kelompok penghambat ataupelindung atau modifkasi apa pun.

7. Maksimalkan ekonomi atom.
Rancang sintesis sehingga produk akhirmengandung proporsi maksimal bahan awal. Hanya boleh ada sedikit, jika ada,atom yang terbuang.

8. Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman.
Hindari menggunakanpelarut, bahan pemisah, atau bahan kimia tambahan lainnya. Jika bahan inidiperlukan, gunakan bahan kimia yang tidak berbahaya.

9. Tingkatkan efsiensi energi.
Jalankan reaksi kimia pada suhu ruang dan tekananbila memungkinkan.

10. Rancang bahan kimia dan produk agar terurai setelah digunakan.
Produk kimia yang terurai menjadi zat yang tidak berbahaya setelah digunakan tidak berakumulasi di lingkungan.

Hutan Adalah Sumber Daya Alam Tak Ternilai

Dalam bahasa umum, hutan merupakan daerah yang penuh dengan beragam jenis pohon dan mahluk hidup. Namun, benarkah Hutan Adalah Sumber Daya Alam Tak Ternilai?. tahukah Anda hutan memiliki fungsi yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem di daerahnya khususnya dan di dunia umumnya.

Hutan yang terdiri dari banyak pohon memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan mahluk yang berada di dalamnya. Pohon memiliki peranan sebagai pabrik oksigen, penyerap polusi udara, penyerap air hujan, dan tempat tinggal berbagai mahluk hidup.

Sayangnya, tak semua orang mengerti betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan. Banyak orang yang berpikiran hutan merupakan sumber daya alam yang dapat dieksploitasi terus-menerus hingga habis. Walaupun hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, namun hutan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali berfungsi seperti sedia kala.

Hutan sebagai pabrik oksigen mampu menghasilkan oksigen, setiap 200 ribu hektar hutan mampu menghasilkan 200 – 300 ton oksigen. Bayangkan banyaknya oksigen yang telah dihasilkan hutan Indonesia yang memiliki luas 126,8 juta ha (2009) dan bandingkan dengan harga tabung oksigen Rp 700.000,- / 0,5 m3.

Semakin meningkatnya kandungan polutan di udara sedikit banyak merupakan faktor penyebab pemanasan global. Hutan memiliki peran penting karena mampu menyerap polutan sehingga efek perubahan iklim dan pemanasan global berkurang. Hutan tropis Indonesia mampu menyerap potensi karbon mencapai 25,7 miliar ton per tahun termasuk hutan lahan gambut. Yang berarti hutan Indonesia merupakan salah satu pusat penyerap polutan di dunia. Untuk mengurangi jumlah polutan di udara, pihak luar membayar sekitar US$ 5 ribu – US$ 10 ribu per 5 ribu ton emisi.

Tak dipungkiri jika hutan penuh akan pepohonan yang mampu menyerap dan menyimpan air hujan. Setiap pohon yang ditanam dalam ekosistem hutan tropis pegunungan mampu menghasilkan 250 galon air selama daur hidupnya. Misalnya, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang memiliki luas 22.851 ha mampu menghasilkan 231 miliar liter air per tahun. Sekitar 20 perusahaan air dalam kemasan berada di hilir TNGGP.
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. Hutan merupakan habitat asli satwa – satwa langka dan endemik Indonesia. Seperti TN Ujung Kulon yang merupakan habitat asli Badak Jawa, TN Way Kambas dan Bukit Barisan Selatan yang merupakan habitat asli harimau sumatera, gajah sumatera, dan badak sumatera, hutan Kalimantan merupakan habitat asli orangutan Kalimantan, dan masih banyak yang lain.
Indonesia menduduki peringkat kelima di dunia karena keanekaragaman hayatinya, setiap 10.000 km2 di Pulau Jawa terdapat 2.000 – 3.000 jenis tanaman endemik. Sedangkan di Pulau Kalimantan dan Papua mencapai 5.000 jenis.

Sayangnya, tak semua mengeri pentingnya menjaga keanekaragaman hayati di suatu wilayah. Keanekaragaman hayati yang terganggu dan berkurang menyebabkan tidak seimbangnya ekosistem yang mengakibatkan masalah bagi lingkungan sekitar. Misalnya, gajah yang merusak pemukiman warga dikarenakan habitat aslinya (hutan) dirusak oleh manusia.

Betapa pentingnya menjaga hutan karena hutan merupakan sumber daya yang tak ternilai karena berbagai fungsinya.
Mari jaga hutan Indonesia

Emisi Karbon Global Dunia Mencapai 10 Milyar Ton

Emisi karbon dioksida global dari pembakaran bahan bakar fosil telah meningkat 49% dalam dua dekade terakhir, berdasarkan gambaran yang diberikan oleh tim internasional, termasuk para peneliti di Tyndall Centre untuk Penelitian Perubahan Iklim, Universitas East Anglia. Emisi Karbon Global Dunia Mencapai 10 Milyar Ton. Benarkah?

Dipublikasikan pada 4 Desember di Jurnal Nature Climate Change, analisis baru oleh Global Carbon Project menunjukan emisi bahan bakar fosil meningkat 5,9% di tahun 2010 dan 49% sejak 1990 (Protokol Kyoto).
Rata-rata emisi bahan bakar fosil telah meningkat 3,1% setiap tahun di tahun 2000 – 2010 (3 kali tingkat peningkatan emisi di tahun 1990an).

Emisi total yang mengkombinasikan pembakaran bahan bakar fosil, produksi semen, deforestasi, dan emisi penggunaan lahan lainnya (mencapai 10 milyar ton di tahun 2010 untuk pertama kali). Setengah dari emisi tersisa di atmosfer, di mana konsentrasi karbon dioksida mencapai 389,6 bagian per juta. Sisa emisi tersebut diambil oleh samudra dan waduk.

Pantulan dari krisis keuangan global tahun 2008 – 2009 ketika emisi berkurang sementara, tahun lalu pertumbuhan tinggi disebabkan oleh ekonomi negara naju dan berkembang. Negara-negara kaya melanjutkan outsource bagian emisi mereka ke negara berkembang melalui perdagangan internasional.
Kontribusi terhadap pertumbuhan emisi global di 2010 yang terbesar adalah Cina, USA, india, Rusia, dan Uni Eropa. Emisi dari produksi perdagangan barang dan jasa di negara berkembang namun dikonsumsi negara-negara Barat meningkat dari 2,5% dari pangsa negara-negara kaya pada tahun 1990 menjadi 16% pada tahun 2010.
Di Inggris, emisi karbon dioksida bahan bakar fosil tumbuh 3,8% pada 2010, namun di bawah 14% tahun 1990. Bagaimanapun, emisi dari petumbuhan perdagangan barang dan jasa dari 5% emisi yang diproduksi secara lokal pada tahun 1990 menjadi 46% pada tahun 2010—kompensasi berlebih pengurangan emisi lokal. Emisi di Inggris di atas 20% tahun 1990 ketika emisi perdangan diperhitungkan.

Emisi karbon dioksida global sejak tahun 2000 adalah pelacakan akhir yang tinggi proyeksi yang digunakan oleh Panel  antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim, yang jauh melebihi dua derajat pemanasan tahun 2100,” menurut co-author Prof Corinne Le Quéré, director of the Tyndall Centre for Climate Change Research and professor at the University of East Anglia. 

Namun pemerintah telah berjanji untuk tetap menjaga pemanasan di bawah dua derajat untuk menghindari aspek paling berbahaya dari perubahan iklim seperti stres air meluas dan kenaikan permukaan laut, dan peningkatan kejadian iklim ekstrim,”

Lead author Dr. Glen Peters, of the Centre for International Climate and Environment Research in Norway mengatakan “Banyak melihat krisis keuangan global sebagai kesempatan untuk memindahkan ekonomi global jauh dari pertumbuhan emisi yang tinggi dan persisten, namun mengembalikan pertumbuhan emisi pada 2010 menunjukan peluang tersebut tidak dimanfaatkan,”
Sumber: sciencedaily.com
 
© Magnum 44 All Rights Reserved. Template Design by Allien 99 Powered by Blogger.com